Ungkapan yang mengacu pada tindakan atau kejadian terakhir yang menyebabkan kegagalan, kehancuran, atau akhir dari suatu situasi atau hubungan.
“Last nail in the coffin” adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris yang mengacu pada suatu tindakan atau kejadian terakhir yang menyebabkan atau memperburuk kegagalan, kehancuran, atau menjadi akhir dari suatu situasi, rencana, atau hubungan.
Secara harfiah, “last nail in the coffin” dapat diartikan sebagai “paku terakhir di peti mati”. Penggunaan ungkapan ini bersifat kiasan dan sering kali digunakan untuk menggambarkan momen terakhir atau kejadian yang menjadi penentu dalam mengakhiri sesuatu secara pasti. Dalam konteks ini, “last nail in the coffin” menunjukkan bahwa tidak ada harapan lagi untuk memperbaiki situasi tersebut dan bahwa kegagalan atau akhir yang tidak menguntungkan sudah pasti akan terjadi.
Berikut adalah contoh situasi di mana ungkapan “last nail in the coffin” dapat digunakan:
- Dalam bisnis
Misalnya, sebuah perusahaan yang sudah menghadapi tantangan dan kesulitan keuangan yang berkelanjutan. Keputusan untuk menutup salah satu pabrik mereka dan merumahkan ribuan karyawan dapat dianggap sebagai “the last nail in the coffin” yang mempercepat kehancuran perusahaan tersebut. - Dalam hubungan pribadi
Sebagai contoh, seseorang yang berada dalam hubungan yang sudah rapuh dan mengalami banyak masalah. Kejadian di mana pasangan mereka secara sadar mengkhianati kepercayaan mereka secara serius bisa menjadi “the last nail in the coffin” yang mengakhiri hubungan tersebut secara definitif.
Ungkapan “last nail in the coffin” digunakan untuk menyoroti momen penting yang menjadikan sebuah situasi tidak dapat diperbaiki lagi, dan mengarah pada kegagalan atau akhir yang tak terelakkan.