Sebagai metafora untuk standar kualitas terendah dalam konteks sosial dan budaya.
“Lowest common denominator” (LCD) adalah istilah yang berasal dari matematika dan digunakan untuk menggambarkan bilangan terkecil yang dapat dibagi oleh dua atau lebih bilangan tanpa menyisakan sisa. Dalam konteks matematika, LCD adalah bilangan bulat positif terkecil yang dapat menjadi penyebut umum bagi sekelompok pecahan, memungkinkan mereka untuk dijumlahkan atau dikurangkan dengan mudah. Misalnya, untuk pecahan 1/4 dan 1/6, LCD-nya adalah 12, karena 12 adalah bilangan terkecil yang dapat dibagi oleh 4 dan 6 tanpa sisa.
Namun, istilah “lowest common denominator” juga sering digunakan dalam konteks sosial dan budaya untuk merujuk pada standar atau tingkat kualitas terendah yang dapat diterima oleh berbagai kelompok orang. Dalam penggunaan ini, LCD menggambarkan pendekatan yang mengorbankan kualitas atau kompleksitas demi mencapai daya tarik yang lebih luas. Misalnya, sebuah acara televisi mungkin dirancang untuk menarik sebanyak mungkin penonton dengan menggunakan humor sederhana atau topik umum, sehingga tidak terlalu menantang atau kontroversial. Contoh kalimat: “The show was criticized for appealing to the lowest common denominator with its simplistic jokes.“, yang berarti “Acara tersebut dikritik karena menarik perhatian pada standar terendah dengan lelucon-lelucon sederhana.”
Dalam dunia bisnis dan pemasaran, konsep “lowest common denominator” sering digunakan untuk menciptakan produk atau kampanye yang memiliki daya tarik massal. Ini berarti perusahaan mungkin memilih untuk menyederhanakan produk atau pesan mereka agar lebih mudah diterima oleh audiens yang lebih besar. Meskipun pendekatan ini dapat menghasilkan popularitas yang luas, sering kali dikritik karena mengabaikan kualitas tinggi atau inovasi demi keuntungan komersial.