Fenomena psikologis di mana seseorang berkemungkinan kecil membantu korban dalam situasi darurat ketika ada lebih banyak orang di sekitar.
Bystander effect adalah fenomena psikologis di mana seseorang lebih besar kemungkinan untuk tidak mengambil tindakan ketika ia berada di tengah-tengah kerumunan orang.
Fenomena ini pertama kali dikenali setelah kasus pembunuhan Kitty Genovese pada tahun 1964, di mana banyak saksi mata yang tidak membantu atau melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang hadir di tempat kejadian, semakin kecil kemungkinan seseorang akan menawarkan bantuan. Ini terjadi karena tanggung jawab moral dan sosial tersebar di antara semua anggota kerumunan, yang menyebabkan setiap individu merasa kurang bertanggung jawab.
Fenomena ini dapat dilihat dalam berbagai situasi sehari-hari, mulai dari kecelakaan lalu lintas hingga situasi darurat lainnya di tempat umum seperti taman atau pusat perbelanjaan. Orang-orang sering kali berpikir bahwa orang lain akan mengambil tindakan sehingga mereka merasa tidak perlu untuk bertindak sendiri. Selain itu, dalam konteks media sosial, bystander effect juga dapat terlihat ketika pengguna internet menyaksikan tindakan bullying atau pelecehan daring tetapi memilih untuk tidak campur tangan karena menganggap bahwa orang lain akan melakukannya.
Untuk mengatasi bystander effect, penting untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab individu dalam situasi darurat. Penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang secara langsung diminta bantuan atau jika tanggung jawab individu ditekankan, mereka lebih cenderung untuk bertindak.