Seseorang yang merasa atau dianggap sebagai tambahan yang tidak diperlukan atau tidak diinginkan dalam situasi sosial.
“Third wheel” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang merasa atau dianggap sebagai tambahan yang tidak diperlukan atau tidak diinginkan dalam situasi sosial, khususnya ketika berada di hadapan sebuah pasangan.
Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perasaan tidak nyaman atau merasa di luar lingkaran ketika berada di tengah-tengah dua orang yang memiliki hubungan lebih dekat satu sama lain, seperti pacaran atau sahabat dekat. Ungkapan ini merujuk pada gambaran sebuah situasi di mana dua orang sudah cukup untuk membentuk sebuah pasangan, sedangkan orang ketiga bisa merasa seperti “roda tambahan” yang tidak benar-benar dibutuhkan, mirip dengan roda ketiga pada sepeda yang hanya perlu dua roda untuk berfungsi dengan baik.
Sebagai contoh, saat Anda sedang jalan bepergian dengan dua orang teman yang berpasangan (sedang dekat atau berpacaran), Anda mungkin saja akan merasa seperti orang ketiga di situasi tersebut, karena muncul perasaan tidak cocok saat berada di tengah-tengah pembicaraan mereka berdua. Di situasi seperti ini Anda menjadi “third wheel” (roda ketiga), dan ini dapat menyebabkan perasaan canggung atau tidak nyaman.
Yang perlu dipahami, momen third wheel hanya terjadi ketika ada kecenderungan seseorang merasa kurang cocok, dijauhi, atau terpisahkan dengan dua orang atau beberapa orang lainnya. Jika semua orang bisa membaur atau membuat aktivitas dan interaksi yang seimbang maka tidak ada yang akan merasa sebagai third wheel.
Third wheeling
“Third wheeling” adalah tindakan menjadi “third wheel” seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini terjadi ketika seseorang menghabiskan waktu bersama dengan pasangan atau dua orang yang memiliki hubungan dekat, sering kali merasa seperti keberadaannya tidak terlalu penting atau dianggap sebagai tambahan yang tidak diperlukan dalam dinamika kelompok tersebut.
Orang yang melakukan “third wheeling” mungkin merasa sedikit terasing atau tidak terlibat sepenuhnya dalam interaksi karena fokus utama sering kali ada pada pasangan atau dua orang tersebut.
“Third wheeling” bisa terjadi dalam berbagai konteks, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Misalnya, seseorang mungkin memilih untuk ikut serta dalam kencan temannya untuk menjaga temannya tetap nyaman dan merasa aman, atau karena memang ingin menghabiskan waktu bersama mereka, meskipun dirinya sadar dan mengetahui akan menjadi “third wheel“. Di sisi lain, situasi ini juga bisa terjadi tanpa rencana sebelumnya, di mana seseorang mungkin merasa menjadi “third wheel” dalam interaksi sosial yang tidak mereka antisipasi akan terjadi.