Menyatakan dukungan secara terbuka untuk tujuan mulia demi menunjukkan nilai-nilai atau keunggulan moral.
Virtue signaling merujuk pada suatu opini atau tindakan yang memperlihatkan dukungan dari seseorang secara terbuka terhadap suatu masalah, dengan tujuan untuk memamerkan kebaikan atau keunggulan moral mereka, bukan karena benar-benar ingin berkontribusi terhadap masalah tersebut.
Istilah ini sering digunakan dengan nada yang bersifat menyindir atau mengejek untuk menyiratkan bahwa orang yang bersangkutan sebenarnya hanya ingin mendapatkan pengakuan, atau agar tampak sebagai orang yang bermoral tanpa benar-benar melakukan sesuatu yang substantif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Dalam beberapa kasus, istilah ini juga dapat merujuk pada tindakan aktivisme atau dukungan yang dianggap tidak tulus atau tidak jujur.
Beberapa contoh perilaku-perilaku yang merupakan virtue signaling:
- Memposting status di media sosial atau menggunakan hashtag untuk menunjukkan dukungan terhadap suatu masalah tanpa melakukan tindakan nyata untuk membantu atau mengatasi masalah tersebut.
- Mengenakan pakaian atau aksesoris bernuansa kekinian dengan slogan atau simbol yang terkait dengan tujuan atau gerakan tertentu.
- Membuat pernyataan atau berpidato di depan umum dengan mengutarakan pendapat yang tegas mengenai isu-isu kontroversial, sering kali tanpa menawarkan solusi atau rencana untuk bertindak.
- Mengkritik orang lain di depan umum karena kurang “sadar” atau memiliki pandangan yang dianggap bermasalah atau menyinggung.
- Terlibat dalam “slacktivism” dengan menandatangani petisi online, membagikan postingan, atau mengirim email otomatis tanpa melakukan upaya nyata untuk memberikan dampak nyata pada masalah tersebut.