Cultural appropriation

Saat seseorang menggunakan unsur budaya dari kelompok lain tanpa penghargaan atau pemahaman yang tepat.

Cultural appropriation adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan ketika seseorang atau suatu kelompok yang berasal dari budaya dominan mengambil, meminjam, atau mengeksploitasi elemen-elemen budaya dari kelompok minoritas atau budaya lain tanpa penghargaan, pengertian, atau izin yang tepat.

“Pengambilan” atau “peminjaman” budaya ini sering kali berupa pakaian, makanan, gaya rambut, atau praktik budaya lainnya. Cultural appropriation dapat dianggap sebagai bentuk pelecehan budaya dan dapat merendahkan atau merendahkan budaya asli yang diambilnya.

Beberapa contoh tindakan yang dapat dianggap sebagai cultural appropriation.

  1. Penggunaan pakaian tradisional: Misalnya, mengenakan pakaian tradisional dari budaya lain untuk mode atau kostum tanpa pemahaman mendalam tentang makna dan nilai budaya tersebut.
  2. Iklan yang tidak pantas: Penggunaan elemen-elemen budaya lain dalam iklan tanpa izin atau pemahaman yang tepat, yang dapat menggambarkan budaya tersebut dengan cara yang menyimpang atau merendahkan.
  3. Adopsi gaya rambut atau aksesori: Mengambil gaya rambut, tatanan, atau aksesori yang berasal dari budaya tertentu tanpa menghormati maknanya atau tanpa izin.
  4. Pengambilan tradisi keagamaan: Meminjam atau mengeksploitasi praktik keagamaan dari budaya lain tanpa pengertian atau rasa hormat yang cukup.
  5. Kuliner: Mengambil makanan atau resep tradisional dari budaya lain dan memodifikasinya tanpa izin atau menghormati asal-usulnya.
  6. Tato: Mengenakan tato atau simbol-simbol budaya lain yang memiliki makna religius atau budaya tanpa memahami maknanya.

Penting untuk diingat bahwa apa yang dianggap sebagai cultural appropriation dapat bervariasi tergantung pada konteks dan pendapat individu.