Penggunaan kata-kata atau frasa untuk membuat jarak emosional atau psikologis antara pembicara dan subjek.
“Distancing language” adalah istilah yang merujuk pada penggunaan kata-kata atau frasa yang bertujuan untuk membuat jarak emosional atau psikologis antara pembicara dan subjek yang sedang dibicarakan.
Distancing language sering digunakan untuk menghindari tanggung jawab, mengurangi keterlibatan emosional, atau mengaburkan fakta dalam komunikasi.
Salah satu contoh penggunaan distancing language adalah ketika seseorang menggunakan kata-kata yang tidak spesifik atau pasif. Misalnya, alih-alih mengatakan “Saya membuat kesalahan,” seseorang mungkin berkata, “Ada kesalahan.” Dengan cara ini, pembicara menghindari penggunaan kata “saya” dan mengurangi tanggung jawab pribadi atas kesalahan tersebut.
Distancing language juga dapat digunakan dalam situasi di mana seseorang merasa tidak nyaman atau ingin menghindari konfrontasi. Misalnya, dalam berita atau laporan, istilah-istilah seperti “dilaporkan” atau “dikatakan” sering digunakan untuk menghindari penyebutan langsung siapa yang memberikan informasi atau melakukan tindakan tertentu. Contoh lainnya adalah ketika seseorang menggunakan kata-kata seperti “mungkin” atau “sepertinya” untuk menghindari memberikan pernyataan yang tegas atau pasti.