Sikap atau rasa ketidakamanan seorang pria terhadap standar kejantanan yang dapat memicu perilaku berlebihan.
Fragile masculinity merujuk pada rasa tidak aman oleh beberapa pria mengenai maskulinitas (sifat, kualitas, atau atribut yang dianggap sebagai karakteristik pria) mereka.
Istilah ini berkaitan dengan rasa takut dianggap tidak cukup ‘maskulin’ atau tidak memenuhi standar dan ekspektasi sosial tentang apa itu menjadi seorang pria. Fragile masculinity sering kali memicu perilaku berlebihan dalam menunjukkan kejantanan, seperti agresif, menolak menunjukkan emosi, atau menghindari hal-hal yang dianggap sebagai ‘feminin’, karena khawatir akan penilaian orang lain terhadap kejantanan mereka.
Beberapa contoh sederhana dari fragile masculinity yang bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
- Memaksakan diri untuk mengikuti aktivitas atau kegiatan yang dia anggap maskulin seperti olahraga ekstrem atau angkat beban, hanya karena ingin menunjukkan kalau dirinya cukup maskulin.
- Menolak melakukan beberapa aktivitas atau pekerjaan sehari-hari yang dia anggap tidak cukup maskulin, misalnya memasak, merawat anak, menonton film-film drama romantis, menolak untuk membelikan pembalut pasangannya, dan lain sebagainya.
- Tertutup dan tidak ingin menunjukkan emosi dan perasaan mereka karena takut kemaskulinannya dipertanyakan.
- Menolak meminta bantuan atau arahan karena khawatir ini akan membuat mereka tampak lemah di depan orang lain.
Contoh-contoh tersebut mencerminkan bagaimana norma dan ekspektasi sosial tentang maskulinitas dapat mempengaruhi perilaku dan interaksi sehari-hari.