Pseudoscience

Klaim atau kepercayaan yang menyamar sebagai ilmu yang sah, tetapi tetapi tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang valid.

Pseudoscience adalah istilah yang merujuk pada gagasan, teori, metodologi, klaim, atau praktik yang tampak ilmiah, tetapi tidak memiliki dukungan empiris yang kuat, tidak dapat diuji secara objektif, atau tidak mengikuti metode ilmiah yang benar.

Pseudoscience sering kali mengandalkan pernyataan yang tidak dapat dibuktikan, tidak konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang sudah ada, atau didasarkan pada alasan yang salah atau tidak logis. Karena kurangnya validitas ilmiah ini, pseudoscience tidak diakui dalam komunitas ilmiah dan sering dikritik karena menyesatkan publik atau memanfaatkan keyakinan mereka untuk keuntungan komersial atau pribadi.

Pseudoscience sering tampak meyakinkan dan menarik bagi sebagian orang karena menggunakan kosakata dan istilah yang terdengar ilmiah, mengaitkannya dengan konsep atau teori yang terkenal, atau menawarkan penjelasan sederhana untuk fenomena kompleks.

Contoh umum dari pseudoscience termasuk astrologi, beberapa bentuk terapi alternatif, teori bumi datar, dan ilmu paranormal. Meskipun populer di kalangan tertentu, kegiatan atau keyakinan ini gagal memenuhi standar penelitian ilmiah, seperti peer review dan falsifiabilitas.

Ada beberapa ciri umum yang dapat membantu mengidentifikasi apakah suatu klaim atau teori masuk dalam kategori pseudoscience:

  1. Kurangnya metodologi ilmiah yang ketat: Pseudoscience sering kali tidak mengikuti prosedur standar penelitian ilmiah yang dapat diulang dan diuji secara objektif. Metode yang digunakan mungkin kabur, tidak jelas, atau tidak memiliki kontrol eksperimental yang memadai.
  2. Ketidakmampuan untuk dibuktikan salah (Non-falsifiability): Teori atau klaim pseudosains sering kali dibuat sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibuktikan salah. Mereka mungkin menggunakan penjelasan yang dapat disesuaikan dengan segala situasi, sehingga tidak ada tes atau eksperimen yang bisa membuktikan mereka salah.
  3. Bergantung pada bukti anekdot dan testimoni: Pseudoscience sering mengandalkan cerita atau kesaksian pribadi sebagai “bukti” utama, daripada data empiris yang dikumpulkan melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
  4. Tidak adanya peer review: Klaim atau teori sering kali tidak diperiksa oleh pakar lain di bidang yang sama. Pseudoscience cenderung menghindari pemeriksaan kritis oleh komunitas ilmiah dan sering kali langsung disajikan ke publik.
  5. Penggunaan bahasa teknis yang tidak jelas atau menyesatkan: Pseudoscience sering menggunakan jargon atau terminologi ilmiah yang terdengar meyakinkan tetapi digunakan secara tidak tepat atau tanpa definisi yang jelas.
  6. Kurangnya kemajuan teoritis: Teori dalam pseudoscience sering tidak berkembang atau berubah berdasarkan bukti baru; mereka tetap statis, terlepas dari bukti yang bertentangan.
  7. Klaim yang tidak masuk akal atau luar biasa: Sering kali, pseudoscience akan membuat klaim spektakuler yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang solid atau yang bertentangan dengan pengetahuan yang telah mapan.