Representasi simbolis yang minim pengaruhnya dalam upaya menciptakan kesan inklusivitas.
Kata “token” memiliki beberapa arti tergantung pada konteks penggunaannya. Secara umum, token dapat merujuk pada suatu objek yang mewakili sesuatu yang lain.
Dalam konteks sosial atau budaya, kata “token” sering digunakan untuk menggambarkan seseorang atau sesuatu yang dianggap sebagai perwakilan simbolis dari suatu kelompok yang lebih besar, seringkali untuk menunjukkan keragaman atau inklusivitas, tetapi dalam praktiknya, peran atau pengaruhnya sangat terbatas. Istilah ini biasa disebut sebagai “tokenism,” suatu bentuk tindakan atau kebijakan di mana perwakilan dari kelompok minoritas, seperti kelompok rasial, etnis, atau gender tertentu, dimasukkan ke dalam suatu kelompok atau organisasi dengan tujuan utama untuk memberi kesan bahwa organisasi tersebut inklusif dan progresif, meskipun sebenarnya tidak ada upaya substansial untuk memberikan kesempatan atau pengaruh yang nyata kepada anggota kelompok tersebut.
Contohnya, dalam sebuah perusahaan atau film, mungkin hanya ada satu anggota dari kelompok minoritas yang disertakan untuk memenuhi kuota keragaman atau untuk menghindari kritik tentang homogenitas. Orang tersebut disebut sebagai “token minority” dan sering kali posisi atau perannya tidak memiliki pengaruh atau penting yang signifikan terhadap keputusan utama atau cerita utama. Penggunaan token dalam konteks ini sering kali dilihat negatif karena menunjukkan kurangnya komitmen yang sebenarnya terhadap keragaman dan inklusi, mengurangi individu hanya menjadi simbol semata tanpa memberikan pengakuan atau kesempatan yang adil.